7 Ciri Guru Yang Paling Disukai Siswa Yang Perlu Guru Ketahui Dan Terapkan

Jarang sekali atau mungkin belum pernah terjadi ada orang yang
menjadi guru karena mendapat anugerah atau pemberian orang lain. Seandainya pun
ada, toh si calon guru juga yang harus memilih bersedia atau tidak untuk
menerima jabatan itu.
Setelah menjadi seorang guru anda harus mengetahui atau bila
perlu memiliki ciri-ciri guru yang paling disukai siswa. Berikut ini adalah 7
ciri guru yang paling disukai siswa. Maaf, ini merupakan pengalaman pribadi
yang pernah saya alami sendiri :
1. Mudah Tersenyum
Siswa paling suka kepada guru yang mudah tersenyum. Lebih
menyenangkan lagi jika senyuman tersebut diselingi dengan sapaan. Guru yang
‘mahal’ senyum akan terkesan sangar dan sudah pasti tidak disukai siswa. Satu
pesan buat anda, walaupun siswa suka dengan guru yang mudah tersenyum, jangan
terlalu mengumbar senyum apalagi sampai senyum-senyum sendiri tanpa ada orang
lain di sekitar anda !
2.
Humoris
Belajar dengan
serius memang harus diutamakan. Tetapi jika dalam penyampaian materi ajar yang
dilakukan guru terlalu serius maka yang terjadi adalah siswa menjadi bosan.
Akibatnya tujuan pembelajaran yang telah dicanangkan bisa-bisa tidak tercapai.
Selingi dengan humor ringan (jangan yang berat, anda bukan pelawak) ketika anda
menyampaikan materi yang serius agar pembelajaran menjadi mengasyikkan dan
siswa anda tetap fresh.
3.
Menguasai Bahan Ajar
Rupanya ada guru
yang kurang/tidak menguasai bahan ajar ? Ada ! Tanya saja pada diri kita
sendiri, terus jawab saja sendiri-sendiri (canda). Jujur, kita pasti pernah
menemukan sosok guru yang sedang menyampaikan bahan ajar di depan kelas dengan
bolak-balik melihat ke buku atau catatan yang ada di mejanya. Menurut anda,
bagaimana penilaian siswa terhadap guru yang demikian ?
4.
Berpenampilan Menarik
Ternyata ada guru
yang punya penampilan tidak menarik? Ada! Contohnya saya, saya hanya tampil
menarik di hadapan guru honor kami yang masih belia dan cantik! (canda).
Tampillah ‘gagah’ di hadapan siswa anda. Jangan nampak membungkuk, lamban,
seperti tak mandi pagi. Anda seorang guru tentu pernah ‘dicekoki’ dengan materi
pelayanan prima. Praktekkan! Jangan hanya di depan rekan sejawat atau dengan
masyarakat sekitar tapi lakukan di hadapan siswa anda, mudah-mudahan anda akan
menjadi guru yang di nantikan siswa jika anda tidak hadir ke sekolah karena
alasan tertentu.
5.
Menyampaikan Materi Lewat
Permainan
Saya pernah membuat
survey di kelasku dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana, diantaranya
: “Pelajaran apa yang paling kamu sukai?” Apa jawaban dari mereka? Tanpa
sengaja mereka sepakat : “Penjas, Pak!” saya simpulkan bahwa ternyata mereka
lebih menyukai pelajaran yang disampaikan lewat permainan. Tantangan buat anda,
ciptakanlah teknik pembelajaran yang dalam cara menyampaikan materinya
dilakukan lewat permainan. Ingat! Bukan belajar sambil bermain, tapi bermain
untuk belajar yang benar-benar untuk belajar. Kalau anda belum mampu menemukan
teknik yang tepat seperti halnya saya, sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu
ajak keluar semua siswa anda. Sebagai tahap awal lakukan proses pembelajaran
dengan suasana santai misalnya di bawah pohon. Sayangnya cara seperti ini hanya
sesuai untuk jumlah siswa yang relatif sedikit.
6.
Memeriksa Setiap Tugas Yang
Telah Diberikan
Periksalah setiap
tugas yang anda berikan kepada siswa, jangan menunda, walaupun kerja tersebut
terasa memuakkan. Hargai jerih payah mereka. Berikan pujian dan penghargaan
yang wajar kepada siswa anda yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Jangan sekali-kali membunuhnya dengan mengatakan langsung kepadanya bahwa dia
‘bodoh’ ketika hasil kerjanya jelek, mungkin cara anda menyampaikan materi
belum sesuai untuknya. Anggap saja dia sedang lalo (lambat louding).
7.
Bertanggung Jawab (Berwibawa)
Bagian yang
terakhir ini gampang-gampang susah karena tanggung jawab yang sudah kental
biasanya agak sulit dipertahankan dan gampang mengendur. Ada guru yang tidak
bertanggung jawab? Tidak! Semua guru bertanggung jawab. Tapi besar kecilnya
tanggung jawab, itulah yang menjadi persoalan. Bertanggung jawablah anda pada
hal-hal kecil dan besar yang anda lakukan. Mintalah maaf kepada siswa anda jika
anda merasa melakukan kesalahan. Meminta maaf tidak menurunkan wibawa anda
sebagai guru. Beritahukan alasan anda dengan rasa kesal dan jujur ketika anda
tidak dapat mengisi kelas atas sebab tertentu. Jadilah guru yang dirindukan
siswa anda, dihormati siswa anda, bukannya ‘ditakuti’ mereka.Perbandingan Pendidikan Indonesia dengan Finlandia yang Menjadikan Muridnya Terpintar di Dunia

Siapa yang tak ingin disebut murid pintar di sekolah ? Nah, untuk disebut murid pintar di sekolah, kamu mesti rajin mengerjakan pekerjaan rumah, rajin kumpul tugas, ikut ujian tiap semester, mesti punya nilai yang baik dan selalu rangking di kelas. Untuk meraih predikat murid pintar kita juga harus bersaing dengan murid-murid lainnya. Tapi tahukah kamu, negara dengan pendidikan terbaik dan murid terpintar di dunia yaitu Finlandia justru melakukan hal yang sebaliknya?
Murid Finlandia
hanya hanya sekali menghadapi satu kali ujian nasional ketika berumur 16
tahun. Berbeda dengan murid di Indonesia yang hampir tiap semester
diadakan ujian. Bukannya hanya itu, pelajar di Finlandia mendapatkan
waktu istirahat hampir 3 kali lebih lama daripada pelajar di negara
lain, pekerjaan rumah yang minim. Namun dengan sistem yang leluasa itu
mereka justru bisa belajar lebih baik dan jadi lebih pintar. Berikut
rahasia sistem pendidikan Finlandia :
Orang
tua jaman sekarang pasti udah rempong kalau mikir pendidikan anak.
Anaknya belum genap 3 tahun aja udah ngantri dapat pre-school bagus
gara-gara takut kalau dari awal sekolahnya gak bagus, nantinya susah
dapat SD, SMP, atau SMA yang bagus. Di Finlandia tidak ada kekhawatiran
seperti itu. Bahkan menurut hukum, anak-anak baru boleh mulai bersekolah
ketika berumur 7 tahun.
Awal yang lebih telat jika dibandingkan
negara-negara lain itu justru berasal dari pertimbangan mendalam
terhadap kesiapan mental anak-anak untuk belajar. Mereka juga meyakini
keutamaan bermain dalam belajar, berimajinasi, dan menemukan jawaban
sendiri. Anak-anak di usia dini justru didorong untuk lebih banyak
bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Bahkan penilaian tugas
tidak diberikan hingga mereka kelas 4 SD. Hingga jenjang SMA pun,
permainan interaktif masih mendominasi metode pembelajaran.
Pelajar
di Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang
paling efektif bagi mereka, jadi nantinya mereka tidak harus merasa
terpaksa untuk belajar. Maka dari itu meskipun mulai telat, tapi pelajar
umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari
seluruh dunia dalam tes internasional Programme for International
Student Assessment (PISA). Itu membuktikan faedah dan efektivitas sistem
pendidikan di Finlandia.
2. Cara Belajar Ala Finlandia: 45 Menit Belajar, 15 Menit Istirahat
Tahukah
kamu bahwa untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia belajar, mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit? Orang-orang Finlandia meyakini
bahwa kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan
justru akan datang, jika mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan
otak dan membangun fokus baru. Mereka juga jadi lebih produktif di
jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka akan
dapat kembali bermain.
Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.
Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.
3. Semua Sekolah Negeri di Finlandia Bebas Dari Biaya. Sekolah Swasta Pun Diatur Secara Ketat Agar Tetap Terjangkau
Satu
lagi faktor yang membuat orang tua di Finlandia gak usah pusing-pusing
milih sekolah yang bagus untuk anaknya, karena semua sekolah di
Finlandia itu setara bagusnya. Dan yang lebih penting lagi, sama
gratisnya. Sistem pendidikan di Finlandia dibangun atas dasar
kesetaraan. Bukan memberi subsidi pada mereka yang membutuhkan, tapi
menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas untuk semua.
Reformasi
pendidikan yang dimulai pada tahun 1970-an tersebut merancang sistem
kepercayaan yang meniadakan evaluasi atau ranking sekolah sehingga
antara sekolah gak perlu merasa berkompetisi. Sekolah swasta pun diatur
dengan peraturan ketat untuk tidak membebankan biaya tinggi kepada
siswa. Saking bagusnya sekolah-sekolah negeri di sana, hanya terdapat
segelintir sekolah swasta yang biasanya juga berdiri karena basis agama.
Tidak
berhenti dengan biaya pendidikan gratis, pemerintah Finlandia juga
menyediakan fasilitas pendukung proses pembelajaran seperti makan siang,
biaya kesehatan, dan angkutan sekolah secara cuma-cuma. Memang sih
sistem seperti ini mungkin berjalan karena kemapanan perekonomian
Finlandia. Tapi jika memahami sentralnya peran pendidikan dalam
membentuk masa depan bangsa, seharusnya semua negara juga berinvestasi
besar untuk pendidikan. Asal gak akhirnya dikorupsi aja sih.
4.
Semua Guru Dibiayai Pemerintah Untuk Meraih Gelar Master. Gaji Mereka
Juga Termasuk Dalam Jajaran Pendapatan Paling Tinggi di Finlandia
Di
samping kesetaraan fasilitas dan sokongan dana yang mengucur dari
pemerintah, penopang utama dari kualitas merata yang ditemukan di semua
sekolah di Finlandia adalah mutu guru-gurunya yang setinggi langit. Guru
adalah salah satu pekerjaan paling bergengsi di Finlandia. Pendapatan
guru di Finlandia pun lebih dari 2 kali lipat dari guru di Amerika
Serikat.Tidak peduli jenjang SD atau SMA, semua guru di Finlandia
diwajibkan memegang gelar master yang disubsidi penuh oleh pemerintah
dan memiliki tesis yang sudah dipublikasi.
Finlandia memahami
bahwa guru adalah orang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan mutu
pendidikan generasi masa depannya. Maka dari itu, Finlandia berinvestasi
besar-besaran untuk meningkatkan mutu tenaga pengajarnya. Tidak saja
kualitas, pemerintah Finlandia juga memastikan ada cukup guru untuk
pembelajaran intensif yang optimal. Ada 1 guru untuk 12 siswa di
Finlandia, rasio yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain.
Jadi guru bisa memberikan perhatian khusus untuk tiap anak, gak cuma
berdiri di depan kelas.
Jika Indonesia ingin semaju Finlandia
dalam urusan pendidikan, guru-guru kita selayaknya juga harus
mendapatkan sokongan sebagus ini. Kalau perhatian kita ke guru kurang,
kenapa kita menuntut mereka harus memberikan yang terbaik dalam proses
pembelajaran? Tidak adil ‘kan?
5. Guru Dianggap Paling Tahu Bagaimana Cara Mengevaluasi Murid-Muridnya. Karena Itu, Ujian Nasional Tidaklah Perlu
Kredibilitas
dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah
menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran
langsung kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar
yang harus diikuti. Ujian Nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah
meyakini bahwa guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara
penilaian terbaik yang paling sesuai dengan siswa-siswa mereka.
Diversitas
siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur
biasanya jadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan mutu pendidikan.
Bisa jadi gara-gara fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu,
semua diversitas justru bisa difasilitasi. Jadi dengan caranya
sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan
potensinya secara maksimal.
6. Siswa SD-SMP di Finlandia
Cuma Sekolah 4-5 Jam/hari. Buat Siswa SMP dan SMA, Sistem Pendidikan
Mereka Sudah Seperti di Bangku Kuliah
Tidak hanya jam
istirahat yang lebih panjang, jam sekolah di Finlandia juga relatif
lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD di
Finlandia kebanyakan hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari.
Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem layaknya kuliah. Mereka hanya
akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka tidak datang
merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.
Pendeknya jam belajar
justru mendorong mereka untuk lebih produktif. Biasanya pada awal
semester, guru-guru justru menyuruh mereka untuk menentukan target atau
aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak
sekadar tahu dan siap tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya
sendiri.
7. Gak Ada Sistem Ranking di Sekolah. Finlandia Percaya Bahwa Semua Murid Itu Seharusnya Ranking 1
Upaya
pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di
Finlandia pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di
Finlandia dapat jadi pintar. Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka
tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi yang pada akhirnya hanya
akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa bodoh’.
Walaupun
ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap
ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program
akselerasi. Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif.
Bahkan anak dari kelas-kelas berbeda pun sering bertemu untuk kelas
campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat ini Finlandia
adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia.
Sumber : http://sergur.untad.ac.id
No comments:
Post a Comment